Rabu, 25 Maret 2020

MANAJEMEN RANTAI PASOK

Herjanto, (2008 : 308) memaparkan bahwa definisi rantai pasokan sebagai berikut: merupakan sekumpulan aktivitas dan keputusan yang saling terkait untuk mengintegrasikan pemasok, manufaktur, gudang, jasa transportasi, pengecer dan konsumen secara efisien. Dengan demikian barang dan jasa dapat didistribusikan dalam jumlah, waktu dan lokasi yang tepat untuk meminimumkan biaya demi memenuhi kebutuhan konsumen, dan menekankan pada semua aktifitas dalam memenuhi kebutuhan konsumen yang didalamnya terdapat aliran dan transformasi barang mulai dari bahan baku sampai ke konsumen akhir dan disertai dengan aliran informasi dan uang.  Pujawan (2005 : 5) menjelaskan pada suatu rantai pasokan biasanya ada 3 macam aliran yang harus dikelola. Pertama adalah aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir (down stream). Kedua adalah aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu. Ketiga adalah aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir ataupun sebaliknya. Menurut Schoeder, (2007:189) rantai pasok merupakan suatu proses bisnis dan informasi yang menyediakan produk atau layanan dari pemasok melalui proses pembuatan dan pendistribusian kepada konsumen

Manajemen rantai pasok (Supply Chain Management/SCM) mencakup keseluruhan koordinasi dan integrasi dari aliran barang dan uang dari semua pelaku usaha yang terlibat dalam keseluruhan rantai pasok. Menurut Emhar et al. (2014), pengaturan aliran produk (barang), keuangan, dan informasi dalam suatu rantai pasok merupakan hal penting pada komoditas ternak dan daging sapi disebabkan cukup banyaknya pelaku usaha yang terlibat, karakteristik produk daging sapi yang mudah rusak, serta harganya sering berfluktuasi dan pada periode tertentu mengalami kenaikan harga yang tinggi.   

Hubungan antarbagian dalam manajemen rantai pasok berperan terhadap nilai pengangkutan barang, keterkaitan yang tidak berjalan dengan baik akan mengganggu keefektifan keseluruhan rantai pasok (Janvier, 2012).  
Dalam penerapan manajemen rantai pasok harus memperhatikan aliran barang/produk, aliran jasa, dan aliran informasi. Paling tidak ada enam hal yang harus diperhatikan, yaitu:
(1) Apakah aktivitas yang dilakukan menghasilkan nilai tambah; 
(2) Bagaimana atau dimana peranan jasa pelayanan di setiap mata rantai pasok; 
(3) Apa dan siapa yang menentukan harga; 
(4) Hubungan kesepadanan diantara tiap pelaku usaha dalam rantai pasok; 
(5) Bagaimana nilai tambah yang tercipta di tiap simpul itu didistribusikan secara adil di antara pelaku rantai pasok; dan 
(6) Siapa saja pemeran atau penentu utama dalam rantai pasok. 

Dengan melakukan pengukuran kinerja memungkinkan dapat melakukan perbaikan kinerja rantai pasok sehingga dapat dioperasikan dengan efektif dan efisien. Indrajid dan Djokopranoto (2002) mendefinisikan rantai pasokan (supply chain) sebagai suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasa kepada pelanggannya. Konsep manajemen rantai pasok (SCM) merujuk pada manajemen keseluruhan proses produksi, distribusi dan pemasaran dimana konsumen dihadapkan pada produk-produk yang sesuai dengan keinginannya dan produsen dapat memproduksi produk-produknya dengan jumlah, kualitas, waktu dan lokasi yang tepat (Marimin dan Maghfiroh 2013, Daryanto 2008). 
Pujawan (2005) mengungkapkan sistem pengukuran kinerja diperlukan untuk: 
(1) melakukan monitoring dan pengendalian, 
(2) mengkomunikasikan tujuan organisasi ke fungsi-fungsi pada rantai pasok, 
(3) mengetahui dimana posisi suatu organisasi relatif terhadap pesaing maupun terhadap tujuan yang ingin dicapai, dan 
(4) menentukan arah perbaikan untuk menciptakan daya saing. 

Menurut Gunasekaran et al. (2001) pengukuran kinerja pada rantai pasok bertujuan untuk mendukung tujuan, evaluasi, kinerja, dan penentuan aksi di masa depan pada strategi, taktik dan tingkat operasional. Diperlukan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam kinerja manajemen rantai pasok, yaitu memiliki fleksibilitas rantai pasok yang baik, kualitas kemitraan yang saling mendukung, integrasi rantai pasok secara padupadan, dan kecepatan perusahaan dalam merespon permintaan pasar dan preferensi konsumen. 

Tujuan manajemen rantai pasok bagi kerjasama antar perusahaan di dalam rantai pasok suatu komoditas atau produk adalah (Saptana dan Daryanto 2013): 
(1) mengurangi risiko pasar; 
(2) meningkatkan nilai tambah, efisiensi dan keunggulan kompetitif; 
(3) berguna dalam menyusun strategi pengembangan produk; dan 
(4) strategi untuk memasuki pasar baru. 
Bagi pedagang pengecer SCM diharapkan dapat menekan biaya operasi, pengadaan, pemasaran, dan biaya distribusi. Kemampuan untuk menghasilkan produk yang standar dan sistem distribusi yang efisien akan meningkatkan efisiensi dan daya saing produk di pasar. 
Bila SCM produk daging sapi dapat berjalan baik, minimal ada empat keuntungan yang dapat diraih, yaitu: 
(1) Adanya penambahan nilai meliputi kesesuaian dengan pesanan, ketepatan dalam distribusi, dan kesesuaian dalam pembebanan biaya produksi; 
(2) Pengurangan biaya transaksi yang berdampak pada timbulnya respon terhadap pasar yang lebih berorientasi pada kepentingan pelanggan; 
(3) Pengurangan risiko bisnis daging sapi, yaitu memberikan jaminan pemasaran, pengembangan modal, serta peningkatan efisiensi dan penambahan nilai produk daging sapi yang dihasilkan; dan 
(4) SCM dalam industri peternakan sapi dapat dijadikan sarana alih teknologi dari perusahaanperusahaan besar kepada peternak kecil.


 Gambaran saluran rantai pasok dan proses manajemen rantai pasok produk ternak dan daging sapi dari produsen hingga ke konsumen.

Contoh Analisis Rantai Pasok

Berdasarkan ilustrasi di atas, pola rantai pasok daging sapi di Kabupaten Garut diawali dari peternak besar (feedlot) menuju peternak penggemukan atau langsung dijual ke penjual besar. Sebanyak 75% pedagang besar mendapat pasokan sapi dari peternak penggemukkan dengan dan 25% lainnya diambil langsung dari peternak beasr (feedlot). Feedlot hanya berkonsentrasi pada pembibitan sehingga untuk mendapatkan sapi dalam kondisi siap potong, pedagang besar lebih memilih membeli kepada petrenak penggemukkan. Pedagang besar kemudian menjual atau mengirimkan sapi siap potong ke RPH Ciawitali, ada pula sebagian pedagang besar yang melakukan proses pemotongan sendiri dengan menyewa petugas pemotongan yang ada di RPH Ciawitali. Hal ini dikarnakan kapasitas RPH Ciawitali yang kecil sehingga kurang bisa memberikan pelayanan yang maksimal untuk proses pemotongan hewan ternak. 

Saluran Distribusi 
Pakar ekonomi berpendapat mengenai pengertian saluran distribusi sebagai berikut : Nitisemito (1993:102), Saluran Distribusi adalah lembaga-lembaga distributor atau lembaga-lembaga penyalur yang mempunyai kegiatan untuk menyalurkan atau menyampaikan barang-barang atau jasa-jasa dari produsen ke konsumen. Keengan (2003:127) Saluran Distribusi adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang tersebut dari produsen sampai ke konsumen atau pemakai industri. Assauri (1990:3) Saluran distribusi merupakan lembaga-lembaga yang memasarkan produk, yang berupa barang atau jasa dari produsen ke konsumen. Kotler (1997:279) Saluran distribusi adalah sekelompok perusahaan atau perseorangan yang memiliki hak kepemilikan atas produk atau membantu memindahkan hak kepemilikan produk atau jasa ketika akan dipindahkan dari produsen ke konsumen. 

Macam-macam Saluran Distribusi 
Macam-macam saluran distribusi menurut Swastha, Dharmesta dan Irawan, (2012:133) untuk barang konsumsi yaitu : 
1. Produsen – konsumen : Bentuk saluran distribusi yang paling sederhana dan yang paling pendek 
2. Produsen – Pengecer – Konsumen : Disebut juga saluran distribusi langsung, tetapi pengecer besar langsung melakukan pembelian kepada konsumen 
3. Produsen – Pedagang besar – Pengecer – Konsumen: Produsen tidak hanya melayani penjualan besar kepada pedagang besar, tidak pada konsumen 
4. Produsen – Agen – Pengecer – Konsumen: Di sini produsen memilih agen (agen penjualan atau agen pabrik) sebagai penyalurnya. 
5. Produsen – Agen – Pedagang besar – Pengecer – Konsumen: Dalam saluran distribusi ini, produsen sering menggunakan agen sebagai perantara untuk menyalurkan barangnya kepada pedagang besar yang kemudian menjualnya pada toko-toko kecil.


Contoh Rantai Pasok Ayam Potong
Gambar 2. Menunjukkan bahwa aliran rantai pasokan ayam pedaging yang ada di peternakan Waruga Desa Lolah Kecamatan Tombariri Timur, Kabupaten Minahasa yaitu, pertama hasil panen ternak ayam dari peternakan waruga di beli oleh agen, dan dari agen dijual ke pengusaha daging ayam potong, dimana untuk ayam pedaging siap potong di ambil langsung oleh pengusaha daging ayam potong dari peternakan yang di arahkan oleh agen yaitu peternakan waruga, dengan menggunakan mobil yang sering di sebut mobil bakul. Dan setelah dari pihak pegusaha daging ayam potong, ayam tersebut di olah dan di distribusikan kepasar swalayan yang ada di Kota Manado, dengan menggunakan mobil Pickup. Selain di jual dan didistrbusikan ke pasar swalayan ada juga yang dibeli langsung oleh masyarakat sekitar. Agar supaya dapat lebih efektif rantai pasok pada peternakan waruga dapat diperbaiki dengan memotong mata rantai pasok, yakni dengan menghilangkan pihak agen menjadi : 
Peternakan Waruga – Pengusaha Daging Ayam Potong – Pasar/Rumah Makan – Konsumen Akhir. 


Sumber :
Amirah, Zahrah Nur. ANALISIS RANTAI PASOK DAGING SAPI DARI  RUMAH PEMOTONGAN HEWAN CIAWITALI SAMPAI KONSUMEN AKHIR DI KOTA GARUT. Analisis Rantai Pasok Daging Sapi, 2(1), 1-9
Rumimpunu, Veronica Sari. ANALISIS RANTAI PASOK AYAM PEDAGING PADA PETERNAKAN WARUGA DESA LOLAH KECAMATAN TOMBARIRI TIMUR, KABUPATEN MINAHASA. Jurnal EMBA, 6(3), 1688 – 1697 
Saptana. MANAJEMEN RANTAI PASOK KOMODITAS TERNAK DAN DAGING SAPI. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian,15(1), 83-98



Rabu, 11 Maret 2020

MANAJEMEN PRODUKSI DAN OPERASI AGRIBISNIS PETERNAKAN

MANAJEMEN USAHA PETERNAKAN
Manajemen merupakan ilmu tentang upaya manusia untuk memanfaatkan semua sumber daya yang dimilikinya untuk mencapai tujuan secara efektif & efisien.
Sedangkan..
Manajemen usaha peternakan adalah suatu ilmu tentang upaya manusia untuk memanfaatkan semua sumber daya bidang peternakan yang dimilikinya untuk mencapai tujuan usaha secara efektif & efisien” dan Manajemen usaha peternakan (Farm management) berbeda dengan manajemen pada umumnya (Non Farm Management).

Hasil gambar untuk manajemen usaha peternakan

Unsur-unsur Manajemen Terdiri dari 6 M yaitu :
      Man (Manusia), misal: Tenaga kerja (karyawan, buruh)
      Material (Barang), misal: Bahan baku, bahan pelengkap, spare part
      Machine (Mesin)
      Money (uang/ modal)
      Method (Metode)
      Market (pasar)

Adapun Fungsi manajemen adalah :
      Perencanaan (Planning),
      Pengorganisasian (Organizing),
      Pengkoordinasian (Coordination),
      Pengarahan (Directing),
      Motivasi (Motivation),
      Komunikasi (Communication),
      Kepemimpinan, Penanggungan Resiko Pengambilan Keputusan (Decision Making) dan
      Pengawasan / Pengendalian (Controlling)

Proses Manajemen adalah sebagai berikut :
Hasil gambar untuk proses manajemen



Beberapa perbedaan Manajemen dengan Manajemen Peternakan , yaitu :

Usaha Peternakan sangat tergantung kepada sifat “BIOLOGIS”, yaitu adanya waktu yang sudah tertentu secara biologis. Misalnya proses pembentukan telur dengan proses biologis tertentu sehingga memungkinkan ayam hanya bertelur 1 butir per hari.

 Faktor produksi sukar dipisah-pisahkan sehingga mengurangi efisiensi usaha.
 Sukar dipisahkan kepentingan rumah tangga dan usaha taninya.
 Fixed cost (Biaya tetap) per unit output relative tinggi, karena adanya batasan-batasan biologis.
Kurang dapat mengurangi ongkos produksi pada keadaan harga rendah.
Organisasi usaha peternakan kurang spesifik sehingga efisiensi tenaga kerja kurang dapat dicapai. (Seorang manajer kadang-kadang juga merangkap pemilik dan pelaksana).
Resiko usaha relative tinggi karena mengusahakan maklhuk hidup sangat dipengaruhi oleh factor internal dan eksternal.

Fungsi Manajemen Usaha Peternakan: 
Keberhasilan usaha sangat dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu : 
Faktor bahan Baku (Breeding dan Feeding) dan Faktor Pengelolaan yaitu manajemen. Manajemen usaha menyangkut manajemen budidaya (manajemen pakan, kandang, tenaga kerja, penyakit) serta manajemen pengolahan hasil peternakan dan pemasaran.

Fungsi manajemen usaha peternakan dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian :
      Manajemen dipandang sebagai pekerjaan (Job)
     Pekerjaan (job) dalam manajemen menyangkut perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi usaha peternakan. Sistem ini berlaku secara kontinyu dan tidak bisa dihentikan.
      Manajemen dipandang sebagai factor produksi (Resource)
     Faktor produksi dalam manajemen usaha peternakan ini menyangkut SDM.
      Manajemen dipandang sebagai prosedur atau tahapan.
     Konsep manajemen sebagai prosedur mencakup problem solving method. Problem solving method meliputi perumusan masalah, pengumpulan data dan fakta, Tabulasi - evaluasi dan analisis data, Pengambilan keputusan dan Pelaksanaan keputusan.
      Manajemen dipandang sebagai The Game of Life.
     Manajemen dipandang sebagai The Game of Life yaitu sukses sangat tergantung satu factor yaitu You sebagai Manager. Konsep game yang memberikan pengertian “saya menang lawan  kalah harus dirubah menjadi bila saya menang maka setiap orang akan menang yaitu bisnisnya, peternaknya, pemerintahnya serta masyarakatnya”.



STUDI KASUS MANAJEMEN PRODUKSI DAN ANALISIS RISIKO PETERNAKAN AYAM BROILER PLASMA DI DESA CISEENG PARUNG BOGOR

Latar Belakang pada studi kasus tersebut adalah :
Plasma X adalah salah satu peternak yang menggunakan pola kemitraan inti-plasma di Desa Ciseeng. Beberapa periode terakhir peternak ini mengalami kerugian akibat turunnya produksi yang bersumber pada tingginya angka mortalitas. Ada beberapa sumber risiko mortalitas, yaitu: kepadatan kandang, cuaca yang tidak stabil, penyakit, dan predator. Risiko mortalitas dapat dikendalikan dengan manajemen yang tepat, terkecuali risiko produksi yang bersumber dari pola kemitraan yaitu kualitas bibit dan pakan

Hasil gambar untuk peternakan ayam broiler di desa ciseeng

Hasil yang diperoleh adalah :
Manajemen produksi yang diterapkan Plasma X sudah sesuai dengan SOP yang diberikan oleh perusahaan inti. Pada peternakan ini, ada tiga sumber risiko produksi, yaitu: penyakit, predator, dan cuaca. Probabilitas risiko dari yang tertinggi hingga yang terendah, secara berurutan adalah: sumber risiko cuaca, penyakit, dan predator. Dampak risiko dari yang tertinggi sampai dengan terendah secara berurutan, yaitu: sumber risiko penyakit, predator, dan cuaca. Alternatif strategi preventif risiko cuaca, adalah: penambahan blower dan pemberian vitamin C. Alternatif strategi preventif risiko penyakit adalah: SOP dengan biosekuriti yang ketat. Strategi mitigasi risiko penyakit adalah dengan cara penggunaan antibiotik yang tepat. Sedangkan strategi mitigasi risiko predator dengan cara melakukan pengecekan dan perbaikan kawat serta lantai kandang disetiap periode produksi.

Rabu, 04 Maret 2020

SISTEM & MANAJEMEN PETERNAKAN




Manajemen usaha peternakan adalah suatu ilmu tentang upaya manusia untuk memanfaatkan semua sumber daya bidang peternakan yang dimilikinya untuk mencapai tujuan usaha secara efektif & efisien”. 
Manajemen usaha peternakan (Farm management) berbeda dengan manajemen pada umumnya (Non Farm Management), disamping mempunyai beberapa persamaan, beberapa perbedaan tersebut sesuai dengan Karakteristik Peternakan (Pokok Bahasan Jenis-jenis Usaha Peternakan). Selain itu ada beberapa perbedaan yang lain, yaitu :
1. Usaha Peternakan sangat tergantung kepada sifat “BIOLOGIS”, yaitu adanya waktu yang sudah tertentu secara biologis

2. Faktor produksi sukar dipisah-pisahkan sehingga mengurangi efisiensi usaha.

3. Sukar dipisahkan kepentingan rumah tangga dan usaha taninya.

4. Fixed cost (Biaya tetap) per unit output relative tinggi, karena adanya batasan-batasan biologis.

5. Kurang dapat mengurangi ongkos produksi pada keadaan harga rendah.

6. Organisasi usaha peternakan kurang spesifik sehingga efisiensi tenaga kerja kurang dapat dicapai. (Seorang manajer kadang-kadang juga merangkap pemilik dan pelaksana)

7. Resiko usaha relative tinggi karena mengusahakan maklhuk hidup sangat dipengaruhi oleh factor internal dan eksternal.

Fungsi Manajemen Usaha Peternakan.
Pada bidang usaha peternakan, Keberhasilan usaha sangat dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu : Faktor bahan Baku (Breeding dan Feeding) dan Faktor Pengelolaan yaitu manajemen. Manajemen usaha menyangkut manajemen budidaya (manajemen pakan, kandang, tenaga kerja, penyakit) serta manajemen pengolahan hasil peternakan dan pemasaran.

Fungsi manajemen usaha peternakan dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian :
1. Manajemen dipandang sebagai pekerjaan (Job)
-Pekerjaan (job) dalam manajemen menyangkut perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi usaha peternakan. Sistem ini berlaku secara kontinyu dan tidak bisa dihentikan.

2. Manajemen dipandang sebagai factor produksi (Resource)
-Faktor produksi dalam manajemen usaha peternakan ini menyangkut SDM.

3. Manajemen dipandang sebagai prosedur atau tahapan.
-Konsep manajemen sebagai prosedur mencakup problem solving method. Problem solving method meliputi perumusan masalah, pengumpulan data dan fakta, Tabulasi – evaluasi dan analisis data, Pengambilan keputusan dan Pelaksanaan keputusan.

4. Manajemen dipandang sebagai The Game of Life.
-Manajemen dipandang sebagai The Game of Life yaitu sukses sangat tergantung satu factor yaitu You sebagai Manager. Konsep game yang memberikan pengertian “saya menang lawan  kalah harus dirubah menjadi bila saya menang maka setiap orang akan menang yaitu bisnisnya, peternaknya, pemerintahnya serta masyarakatnya”.


USAHA PETERNAKAN

Di Indonesia Ada 2 macam usaha :

•Perusahaan Peternakan

•Peternakan Rakyat


-Perusahaan Peternakan: Suatu usaha yang dijalankan secara teratur dan terus menerus pada suatu tempat dan dalam jangka waktu tertentu untuk tujuan komersial yang meliputi
Kegiatan:

a. Menghasilkan ternak (ternak bibit/ternak potong), telur dan susu

b. Usaha penggemukan suatu jenis ternak termasuk mengumpulkan, mengedarkan, dan memasarkannya, dimana tiap jenis ternak melebihi dari jumlah yang ditetapkan untuk tiap jenis ternak pada peternakan rakyat.


•Peternakan Rakyat: Usaha peternakan yang diselenggarakan sebagai usaha sampingan yang jumlah maksimum kegiatannya untuk tiap jenis ternak ditetapkan oleh menteri Pertanian

Batasan jumlah ternak pada peternakan rakyat (sensus pertanian 1993):

a. Sapi perah, sekurang-kurangnya         : 1 ekor

b. Sapi, sekurang-kurangnya       : 2 ekor

c. Kerbau, sekurang-kurangnya  : 2 ekor


d. Kuda, sekurang-kurangnya 2 ekor

e. Babi, sekurang-kurangnya 3 ekor dan telah berumur 2 bulan lebih

f. Kambing, sekurang-kurangnya 6 ekor

g. Ayam kampung, sekurang-kurangnya 30 ekor, telah berumur > 1 bulan

h. Ayam ras petelur, sekurang-kurangnya 12 ekor, telah berumur > 1 bulan

i. Ayam ras pedaging, sekurang-kurangnya 12 ekor telah berumur > 1bulan.



j. Itik-itik manila, sekurang-kurangnya 15 ekor , telah berumur > 1 bulan.

Berdasarkan jenisnya, peternakan digolongkan menjadi:

1. Peternakan unggas (ayam petelur, ayam pedaging, ayam bibit dll)

2. Peternakan Kambing dan Domba

3. Peternakan Babi

4. Peternakan sapi potong

5. Peternakan kerbau potong

6. Peternakan sapi perah

7. Peternakan Kerbau perah

8. Peternakan kuda


3 SISTEM USAHA PETERNAKAN

Dalam mengelola peternakan, dikenal beberapa sistem pemeliharaan ternak yaitu:
1. Sistem Ekstensif
Sistem pemeliharaan ternak ini membiarkan hewan menghabiskan waktunya di luar kandang mencari makanannya sendiri, misalnya pada pemeliharaan sistem peternakan ayam kampung secara tradisional, ayam-ayam peternakan dibiarkan berkeliaran di pekarangan dengan mencari makan sendiri, bahkan kandangnya pun cukup di atas pohon, atau di mana pun di sekeliling rumah atau di pekarangan tetangga (bukan pemiliki ayam tersebut). Contoh lain adalah pada sebuah peternakan sistem ranch terbuka dengan kualitas rerumputan (hijauan) yang relatif kurang baik (karena tidak dipelihara secara khusus), sampai yang cukup baik (dengan pastura yang dipelihara secara baik), ternak dibiarkan mencari makanan di padang. Hasil yang diperoleh dari sistem peternakan ekstensif memang tidak optimal, dan untuk negara yang sudah maju, sistem macam ini sudah mulai ditinggalkan, untuk mencapai efisiensi lebih tinggi dalam sistem beternak.


2. Sistem Intensif
Sistem pemeliharaan dimana hampir seluruh waktu dari hewan peternakan tersebut dihabiskan dalam kandang, dan makanannya pun disediakan secara khusus dalam kandang.
Sistem ini sering pula disebut sistem feedlotting (sistem peternakan dengan mengandangkan ternak). Dalam sistem ini terdapat juga beberapa macam variasi seperti beratap atau tidak, lantai kandang keras (dari beton) atau tidak bahkan kandang ber-AC atau tidak, meskipun pada umumnya kandang tidak ber-AC.

Usaha feedlotting pada suatu negara tentu berlainan dengan negara lain terutama yang berhubungan dengan kondisi fisik dan finansial, sehingga diperlukan banyak macam alternatif cara pemecahan problema (baik berupa teknologi maupun peraturan) dimana berhubungan dengan pengelolaan limbah yang dihasilkan, terutama berkaitan dengan kemungkinan timbulnya polusi.


3. Campuran antara Pemeliharaan Ekstensif dan Intensif

Dalam sistem ini ternak-ternak dipelihara pada dua macam tempat yaitu pada waktu tertentu dibiarkan di padang penggembalaan (pastura) dan pada waktu tertentu ternaknya dimasukkan ke dalam kandang untuk dipelihara secara intensif.


Ketiga sistem ini sangat besar pengaruhnya terhadap produksi ternak, produksi limbah, dan terhadap kondisi lingkungan, karena ketiga sistem tadi akan berhubungan dengan tata cara pengelolaannya baik terhadap ternak dan peternaknya maupun dengan hasil limbah.